Selasa, 16 Desember 2014

elastisitas

      Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.
       Dalam prakteknya terutama di kalangan pelaku bisnis, konsep elastisitas jarang dimanfaatkan untuk penentuan strategi bisnis, contoh: strategi penentuan harga, strategi penggeseran beban pajak dan lainnya khususnya dalam bidang keuangan konsep elastisitas dipergunakan untuk menghitung tingkat leverage (contoh : Degree Operating Leverage – DOL dan Degree Financial Leverage – DFL). Alasan jarang digunakannya konsep elastisitas dikarenakan sulit mengumpulkan data yang terukur dan runtut dari waktu ke waktu, meskipun baik tidaknya pemanfaatan konsep elastisitas bergantung pada tersedia atau tidaknya data yang akurat. Itu sebabnya kebanyakan konsep elastisitas hanya banyak di bahas dalam kajian teoritis dan prakteknya dalam perencanaan ekonomi makro. 
       Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau subsidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan daerah.
      Hal tersebut diatur dalam Undang – Undang RI No. 34 Tahun 2000 Perubahan atas Undang – Undang RI No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Penjelasan umum Undang – Undang RI No. 34 Tahun 2000 Perubahan atas Undang – Undang RI No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah bahwa pajak daerah dan pajak nasional merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu di jaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional, pembinaan pajak daerah dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajak, sehingga antara pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi.
Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun praktek dalam keseharian, sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh karena itu, perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan.


       
Elastisitas Permintaan Harga:
Elastisitas permintaan harga/price elasticity of demand (PED) adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan terhadap barang tersebut biasanya naik —semakin rendah harganya, semakin banyak benda itu dibeli. Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah permintaan dan persen perubahan harga. Ketika elastisitas permintaan suatu barang menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut dikatakan elastis di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya harga. 


Macam – Macam Elastisitas Permintaan Harga
Secara teoritis macam elastisitas permintaan yang berhubungan dengan hukum permintaan hanya terdiri atas 3 yaitu :

1. Uniter elastis : Bila harga naik/turun sebanyak 1% maka permintaan akan turun/naik sebanyak 1% pula (persentase perubahan jumlah yang diminta sama dengan persentase perubahan harga).

2. Elastis : Bila harga naik/turun sebesar 1%, maka permintaan akan turun/naik lebih dari 1% (persentase jumlah yang diminta lebih besar dari pada persentase perubahan harga – permintaan sangat peka terhadap perubahan harga).

3. Inelastis : Bila harga naik/turun 1% maka permintaan akan turun/naik kurang dari 1% (persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari pada persentase perubahan harga – permintaan tidak peka terhadap perubahan harga).

Dalam prakteknya terdapat kondisi permintaan di mana hukum permintaan tidak bekerja dalam mekanisme pasar, yaitu pada saat perminaan tidak merespon perubahan harga atau sebaliknya harga yang tidak merespon perubahan permintaan. Kondisi di mana permintaan tidak merespon perubahan harga atau harga yang tidak merespon perubahan permintaan inilah yang disebut kondisi sempurna4. Inelastis Sempurna : Bila permintaan tidak tanggap terhadap perubahan harga, jadi berapa saja harga di pasar, jumlah yang diminta tetap (kurva permintaan sejajar dengan sumbu vertikal (sumbu harga). Kondisi permintaan seperti ini, membuat produsen dapat berbuat semena – mena di pasar, kapan saja produsen dapat menaikkan harga untuk meningkatkan pemasukan. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini pemerintah diwajibkan untuk turun serta dalam menetapkan harga patokan tertinggi (kondisi pasar kebijakan pemerintah – persaingan tidak sempurna).

5. Elastis Sempurna : Bila konsumen sanggup membeli berapa saja banyaknya jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Kondisi permintaan seperti ini bersifat elastis sempurna harga keseimbangan pasar berlaku seterusnya, produsen tidak bisa semena – mena menaikkan harga (price taker) karena konsumen menguasai informasi. 


Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Elastisitas Permintaan
Ada 4 faktor yang mempengaruhi nilai elastisitas permintaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu:

1. Adanya barang substitusi
Barang substitusi adalah barang yang memiliki manfaat dan kegunaan yang hampir sama dengan barang utamanya. Contoh : jagung adalah substitusi beras. Barang substitusi ada yang biasa ada juga yang kadang disebut substitusi dekat. Barang substitusi dekat adalah barang yang fungsi dan kegunaannya sama hanya mungkin berbeda merek, kemasan, dan pelayanan. Contoh : beras cianjur dengan beras rajalele. Makin banyak substitusi suatu barang maka makin besar kemungkinan pembeli untuk berpindah dari barang utama seandainya terjadi kenaikan atau penurunan harga. Secara teori, bila suatu barang memiliki substitusi maka permintaannya cenderung elastis, yaitu bila harga naik sebesar 1% maka permintaan barang tersebut akan turun di atas 1%, begitu jg sebaliknya.

2. Persentase pendapatan yang digunakan/jenis barang.

Seorang konsumen akan memberikan porsi yang besar dari pendapatannya untuk membeli barang yang biasa digunakan dalam keseharian (sudah menjadi kebutuhan), sementara untuk barang yang masih bisa ditunda porsi dari pendapatan untuknya kecil. Jadi, bila barang yang dimaksud tersebut merupakan barang yang dibutuhkan atau dengan kata lain sebagian besar pendapatan digunakan untuk mendapatkan barang yang dimaksud makan semakin elastislah permintaannya.

3. Jangka waktu analisa/perkiraan atau pengetahuan konsumen.

Dalam jangka pendek terjadinya perubahan harga tidak secara otomatis menyebabkan terjadinya perubahan permintaan, hal ini disebabkan perubahan yang terjadi di pasar belum diketahui oleh konsumen, sehingga dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis.

4. Tersedianya fasilitas/sarana kredit
Walaupun harga barang naik, sementara pendapatan tidak mencukupi, permintaan barang tersebut relatif akan tetap bila ada fasilitas kredit dari penjual/produsen. Sebaliknya bila harga barang yang dimaksud turun, maka permintaan atas barang tersebut tidak akan naik bila fasilitas kredit untuk barang substitusi ada. Jadi, bila terdapat fasilitas kredit maka elastisitas cenderung inelastis atau elastis sempurna 


Manfaat Mengetahui Nilai Elastisitas Permintaan
Ada 3 manfaat mengetahui nilai elastisitas permintaan suatu barang diantaranya :

1. Kebijakan Impor

Dalam hal ini pemerintah berkepentingan mengendalikan impor, di mana suatu negara mengimpor suatu barang yang tingkat elastisitasnya diketahui maka akan dapat diambil suatu kebijakan terus impor atau stop. Apabila elastisitas barang impor tersebut elastis, yang berarti bila harganya naik maka permintaan akan turun lebih besar dari % kenaikan harganya maka pemerintah akan berusaha agar barang impor tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dan akan berusaha mempertahankan kurs valuta mata uangnya relatif stabil atau sebisa mungkin menghentikan impor barang tersebut. Sebaliknya bila tidak elastis, yaitu apabila kenaikan harga diikuti oleh penurunan permintaan yang % nya lebih kecil dari % penurunan harga, maka kebijakan pemerintah adalah untuk mempertahankan jumlah impor tersebut dan berusaha memperkenalkan produksi (produksi substitusi) dalam negeri.

2. Perpajakan

Bila suatu permintaan atas suatu produk bersifat elastis, maka pemerintah relatif tidak akan meningkatkan pungutan pajak atas barang tersebut, sebaliknya bila bersifat inelastis maka pemerintah cenderung akan meningkatkan pungutan pajak atas barang yang dimaksud. Bagi kalangan bisnis, mengetahui nilai elastisitas permintaan bila bersama – sama elastisitas penawaran akan membantu strategi penggeseran beban pajak (sebab tidak semua atau sebagian besar beban pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan dibebankan kepada konsumen)
3. Kebijakan/Strategi Penetapan Harga Atas Barang

Dalam rangka meningkatkan hasil penjualan/penerimaan, produsen akan berusaha menempuh dengan cara seoptimal mungkin agar keuntungan tercapai. Salah satu strategi yang umumnya digunakan adalah kebijakan harga. Secara teori bila elastisitas permintaan atas suatu produk yang dijual bersifat elastis, maka kebijakan menaikkan harga adalah langkah yang tidak tepat, justru akan menurunkan penerimaan. Sebaliknya bila elastisitas permintaannya bersifat inelastis maka kenaikan harga pada tingkat yang moderat/wajar akan meningkatkan penerimaan (penerimaan adalah perkalian antara tingkat harga dengan jumlah barang yang dibeli). 


Elastisitas permintaan silang (Permintaan atas 2 macam barang).
Koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau elastisitas silang. Barang – barang penggenap elastisitas silangnya bernilai negatif. Contoh : Kopi dan Gula. Bila harga kopi naik (permintaan harga kopi berkurang), perubahan ini dapat mempengaruhi permintaan terhadap gula.
Nilai elastisitas silang untuk barang – barang pengganti adalah positif, yaitu permintaan terhadap sesuatu barang berubah ke arah yang bersamaan dengan harga barang penggantinya. Keduanya akan sama – sama mengalami kenaikan atau sama – sama mengalami penurunan. Contoh : Mobil dan Bus kota dapat saling menggantikan. Bila harga mobil meningkat, permintaan terhadap mobil berkurang. Sebaliknya permintaan terhadap angkutan bus kota semakin bertambah karena orang lebih banyak bersedia naik bus kota untuk berpergian. 


Elastisitas permintaan pendapatan
Koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau elastisitas pendapatan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada teori permintaan, pendapatan adalah faktor utama yang sangat menentukan permintaan selain harga. Secara teori bila pendapatan berubah, permintaan tidak akan serta merta berubah meskipun harga berubah. Contoh : permintaan tidak akan turut meskipun harga naik. Bila pendapatan naik pada saat harga naik, maka yang bisa terjadi adalah jumlah permintaan tetap seperti sebelum harga naik, permintaan justru bertambah naik atau bahkan permintaan turun seperti yang berlaku dalam hukum permintaan. Terhadap elastisitas pendapatan positif dimana barang-barang yang sifat elastisitas pendapatannya adalah dinamakan barang normal. Sedangkan elastisitas pendapatan negatif dimana beberapa jenis barang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang dibeli bergerak ke arah berbalik. Barang seperti itu dinamakan barang inferior.
Elastisitas pendapatan tidak elastis apabila koefisien elastisitasnya adalah kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan menimbulkan perubahan yang kecil saja terhadap jumlah yang diminta. Elastisitas pendapatan dinamakan elastis apabila perubahan pendapatan menimbulkan pertambahan permintaan yang lebih besar daripada perubahan pendapatan. Berbagai jenis makanan dan hasil pertanian mempunyai elastisitas pendapatan yang kurang elastis, yaitu pertambahan permintaannya berkembang lebih lambat daripada pertambahan pendapatan. Barang barang tahan lama dan mewah lebih elastis jika dibandingkan dengan barang makanan dan pertanian. 


Elastisitas Penawaran (Price Elasticity of Supply)
Bila permintaan elastis menaikkan harga merupakan langkah yang kurang tepat. Sebaliknya dalam kondisi permintaan yang inelastis menurunkan harga juga bukan langkah yang bijak. Sebenarnya yang menentukan menaikan atau menurunkan harga adalah produsen. Jadi, teori permintaan yang telah di bahas sebelumnya lebih banyak dari sisi pandang produsen. Sisi pandang konsumen hanya terbatas pada perilaku menaikan atau menurunkan jumlah yang diminta. Oleh karena itu, sisi pandang permintaan kebanyakan dari produsen, maka konsep elastisitas penawaran akan semakin melengkapi konsep elastisitas permintaan.
Pada dasarnya elastisitas penawaran itu mengukur derajat kepekaan perubahan penawaran atas faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran, contoh : biaya produksi, teknologi, kebijakan perusahaan dan lain sebagainya. Faktor yang mempengaruhi penawaran dianggap tidak berubah kecuali harga.


Faktor – faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
Ada 2 faktor penting dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu : 
1. Sifat Perubahan Biaya Produksi

Penawaran akan bersifat tidak elastis apabila kenaikan penawaran harga dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Namun bila penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar penawaran akan bersifat elastis. Salah satu faktor penting terhadap biaya produksi sampai sejauh mana tingkat penggunaan kapasitas alat produksi yang dimiliki perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi tidak elastis terutama apabila faktor – faktor produksi yang diperlukan untuk menaikan produksi sangat sulit untuk diperoleh.

2. Jangka Waktu Analisis

Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran, biasanya dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu :

a) Masa amat singkat adalah jangka waktu di mana para penjual tidak dapat menambah penawarannya. Dengan demikian penawarannya bersifat tidak elastis sempurna.

b) Jangka pendek kapasitas alat – alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor – faktor produksi, termasuk barang modal, secara lebih intensif. Caranya dengan memperpanjang jam kerja, memperbaiki manajemen produksi, menggunakan tenaga kerja lebih efektif dan sebagainya. Usaha ini akan dapat menambah produksi barang yang ditawarkan.

c) Jangka panjang produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penawaran bersifat elastis. 
 3. Sifat ketahanan barang
Apabila suatu barang tidak tahan lama (mudah rusak/membusuk) seperti halnya hasilhasil pertanian, maka barang tersebut cenderung memiliki penawaran yang inelastis. Barang tersebut biasanya tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga. Sebagai contoh, peningkatan harga sayuran tidak serta merta mengakibatkan perubahan (kenaikan) jumlah barang yang ditawarkan.

Aplikasi Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Dalam perekonomian, sistem keikutsertaan pemerintah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meregulasi/mengatur kegiatan ekonomi dalam rangka memenuhi pendapatannya guna membayar para pegawainya. Salah satu cara pemerintah dengan memungut pajak kepada masyarakat. Pajak dibagi menjadi 2 macam yaitu pajak langsung dikenakan pada wajib pajak dan pajak tidak langsung pajak yang di bayar oleh bukan si wajib pajak secara langsung, contoh : pajak penjualan dan cukai. Sehubungan pajak tak langsung, pada kenyataannya konsumen harus membayar pajak, dimana setiap konsumen membeli suatu produk yang ditawarkan oleh produsen maka harga yang dibayar sudah termasuk beban pajak yang seharusnya merupakan kewajiban produsen. Dalam pengertian mikro, pajak langsung itu bebannya tidak dapat digeserkan kepada konsumen sebagian atau seluruhnya, contoh : pajak penghasilan. Sedangkan pajak tak langsung bebannya dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya, berapa besar beban yang ditanggung oleh produsen dan konsumen, tergantung dari tingkat elastisitas barang yang diperjual belikan di pasar.


Elastisitas Permintaan dan Total Penerimaan
Perhitungan elastisitas biasanya dimanfaatkan oleh pengambil keputusan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan. Secara sederhana, total penerimaan dapat didefinisikan sebagai perkalian antara harga dengan kuantitas barang dan jasa yang terjual, misalnya jumlah pendapatan yang diterima sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa. Total penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
                                                               TR = P x Q

Keterangan:
TR: total penerimaan
P: harga output
Q: kuantitas/jumlah output

Salah satu faktor yang menentukan total penerimaan produsen adalah perubahan permintaan. Untuk mengetahui perubahan total penerimaan terhadap perubahan permintaan ditentukan oleh elastisitas permintaannya. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan akan menentukan besarnya total penerimaan.
1. Permintaan Elastis
Ketika bentuk permintaan suatu barang adalah elastis, maka perubahan kecil dalam harga barang tersebut akan mengakibatkan perubahan total penerimaan yang relatif lebih besar. Sebagai contoh, perusahaan melakukan kebijakan penurunan harga produknya. Jika bentuk permintaan produk tersebut adalah elastis berarti konsumen
sangat responsif terhadap perubahan harga. Penurunan harga walaupun kecil akan direspon oleh konsumen dengan membeli barang tersebut dalam jumlah yang relatif banyak. Dengan bentuk permintaan yang elastis, maka keputusan produsen untuk menurunkan harga produknya akan potensial meningkatkan total penerimaan.
2. Permintaan Inelastis
Dengan bentuk permintaan yang inelastik, perubahan harga hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan barang yang diminta, sehingga apabila produsen menetapkan kenaikan harga yang cukup tinggi sekalipun, permintaan terhadap barang tersebut tidak terlalu berubah. Pada kondisi ini, produsen dapat memperoleh tambahan penerimaan dengan menaikkan harga.
3. Permintaan Elastis Uniter
Apabila permintaan suatu barang adalah elastis uniter maka kenaikan (penurunan) harga akan direspon secara proporsional dengan penurunan (peningkatan) jumlah yang diminta. Oleh karena itu, baik produsen melakukan peningkatan atau penurunan harga, jika elastisitas barang adalah elastis uniter maka total penerimaannya konstan. Dengan kata lain, peningkatan ataupun penurunan harga tidak merubah total penerimaan
produsen. 


Elastisitas Penghasilan (Income Elasticity of Demand)
Permintaan (pembelian) suatu barang atau jasa oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan penghasilan konsumen yang bersangkutan, baik dalam pengertian nominal maupun riil. Suatu konsep untuk mengukur derajat respons perubahan permintaan terhadap adanya perubahan penghasilan adalah elastisitas penghasilan. Dalam kasus sederhana, fungsi permintaan dapat dinotasikan sebagai berikut.
Q = f (P, I)
Keterangan:
Q: fungsi permintaan
P: tingkat harga
I: penghasilan konsumen
Dalam konsep elastisitas penghasilan, asumsi bahwa penghasilan konsumen konstan dihilangkan. Oleh karena itu, elastisitas penghasilan merupakan tingkat perubahan relatif darijumlah barang yagn diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan.

Elastisitas penghasilan dapat didefinisiakan sebagai derajat sensitivitas perubahan permintaan sebagai akibat dari perubahan penghasilan seorang konsumen. Secara matematis, elastisitas penghasilan didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta (Qx) dibagi dengan persentase perubahan dalam penghasilan (I). Pada dasarnya terdapat tiga macam elastisitas penghasilan, yaitu: elastisitas positif, negatif,
dan nol. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat disimak sebagai berikut.
1. Elastisitas penghasilan yang bernilai positif dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

(a) Elastisitas penghasilan uniter yaitu ketika peningkatan dalam penghasilan direspon
oleh konsumen dengan peningkatan permintaan secara proporsional. Perubahan
permintaan yang positif akan memberikan elastisitas penghasilan yang positif pula.
Dalam hal ini elastisitas sama dengan satu (E = 1). Sebagai contoh jika penghasilan
konsumen meningkat sebesar 50 persen maka akan diimbangi dengan peningkatan
permintaan sebesar 50 persen.

(b) Elastisitas penghasilan inelastis yaitu jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen
menyebabkan perubahan permintaan kurang dari 1 persen. Secara matematis,
koefisien elastisitas penghasilan inelastis bernilai kurang dari 1 tetapi positif (0 < E
<1).

(c) Elastisitas penghasilan dikatakan elastis jika perubahan penghasilan sebesar 1
persen menyebabkan perubahan permintaan lebih dari 1 persen. Nilai elastisitas
penghasilan tipe ini lebih dari satu (E > 1).

2. Elastisitas penghasilan yang bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa kenaikan jumlah
penghasilan justru mengakibatkan permintaan terhadap suatu barang menurun.

3. Elastisitas penghasilan bernilai nol. Ketika penghasilan meningkat, jumlah barang yang
diminta tidak mengalami perubahan. Berapa pun perubahan penghasilan tidak akan
merubah permintaan (konsumsi) barang tersebut. Berdasarkan besarnya koefisien elastisitas penghasilan, suatu barang dapat dikelompokkan ke dalam barang mewah, barang normal, atau barang inferior.

Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang (misal barang A) karena perubahan harga barang lain (barang B), yaitu: positif, negatif, dan nol.

1. Elastisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan
(barang substitutif).


2. Elastisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnyapermintaan barang B.  Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat
komplementer (pelengkap).


3. Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar